Senin, 14 September 2015

Sejarah Kerajaan Banten

Sejarah kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang terletak di Propinsi Banten. Mulanya, kerajaan Banten berada dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. Namun, Banten berhasil melepaskan diri ketika mundurnya Kerajaan Demak. Pemimpin Kerajaan Banten pertama adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah pada tahun 1522-1570. Sultan Hasanuddin berhasil membuat Banten sebagai pusat perdagangan dengan memperluas sampai ke daerah Lampung, penghasil lada di Sumatera Selatan. Tahun 1570 Sultan Hasanuddin meninggal kemudian dilanjutkan anaknya, Maulana Yusuf (1570-1580) yang berhasil menakhlukkan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1579. Setelah itu, dilanjutkan oleh Maulana Muhammad (1585-1596) yang meninggal pada penakhlukkan Palembang sehingga tidak berhasil mempersempit gerakan Portugal di Nusantara.

Kejayaan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Dimana, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi upah kepada pekerja Eropa. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli Lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain sehingga Banten menjadi wilayah yang multi etnis dan perdagangannya berkembang dengan pesat.

Sejarah Kerajaan Banten

Kemunduran Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mengalami kemunduruan berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Kemudian Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga berhasil ditawan oleh VOC dan Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri.

Atas kemenangannya itu, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa penyerahan Lampung pada tahun 1682. Kemudian pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ketangan VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian Belanda di Batavia.

Terpilihlah Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya sebagai pengganti Sultan Haji kemudian digantikan oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Aabidin. Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin.

Penyerangan tersebut akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Banten telah runtuh ditangan Inggris. Demikian penjelasan mengenai Sejarah Kerajaan Banten yang dapat anda ketahui, semoga brermanfaat.

Minggu, 13 September 2015

     Ternyata situs di banten ini banyak sekali yang belum banyak diketahui oleh orang banyak, termasuk para Admin disini. Kami disini bermaksud untuk mengulas semua situs-situs bersejarah dan mengunjungi tempat-tempat tersebut agar dapat terkenal sampai manca negara.

Tempat-tempat yang baru kami kunjungi yaitu:

1. Situs Cidaresi (Batu Tum/ Batu bergores)
2. Situs Batu Ranjang (Cipeucang)

Ternyata di sana banyak sekali sejarah yang kamipun orang banten tidak mengetahuinya, baru dua tempat yang kami kunjungi. Do'akan kami yang untuk mengunjungi situs peninggalan bersejarah selanjutnya yang belum Admin Ketahui.

Situs Sejarah Banten Lama Mengkhawatirkan


Mungkin hanya sebagian orang yang tahu akan obyek wisata Banten Lama. Kawasan wisata yang terletak di barat pulau Jawa, tepatnya di Serang, Banten ini memang kurang terekspose dan kurang diketahui para pelancong domestik dan mancanegara. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah provinsi Banten akan kelangsungan kawasan yang banyak menyimpan peninggalan sejarah tersebut.

Untuk menuju Banten Lama tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu dua jam dari Jakarta. Tepatnya di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, 10 kilometer dari Serang. Untuk jarak yang sama sekali tidak jauh dari pusat pemerintahan Banten bahkan tidak jauh dari Ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Cukup disayangkan bila cagar budaya peninggalan kesultanan Banten ini sama sekali tak terurus.

Bila membicarakan sejarah, Banten Lama yang dahulu bernama Banten Hilir tersebut merupakan pintu gerbang Portugis masuk ke wilayah Jawa dan juga sebagai pusat pemerintahan dari kesultanan Banten dan tentunya terlihat megah dan menyilaukan mata. Namun itu semua kini hanya tinggal jejak-jejak peninggalan sejarah yang miris untuk melihatnya, bahkan peninggalan kemegahan kesultanan Banten pun sama sekali tak terlihat.

Seperti peninggalan sejarah Benteng Surosowan. Ketika mengunjunginya mungkin kita tak akan menyangka bila dahulu di lokasi tersebut berdiri Benteng yang cukup megah milik kerajaan Banten. Kini benteng tersebut hanya terlihat seperti tanah lapang yang ditumbuhi rumput-rumput tinggi yang menutup sisa-sisa bangunan benteng. Pondasi benteng tersebut pun hampir tak jauh beda dengan ketinggian tanah.

Menurut Wikipedia, Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanudin dan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektar. Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.

Keraton Surosowan ini memiliki tiga gerbang masuk, masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan kolam berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi (petirtaan). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama Bale Kambang Rara Denok. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”.


Kolam Rara Denok berbentuk persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan Danau Tasikardi yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan.

Benteng Surosowan kini setiap sore hari hanya dijadikan tempat anak-anak bermain sepak bola dan permainan lainnya, serta beberapa pasangan yang menunggu malam sambil melihat senja tenggelam dari ufuk barat. Untuk melihat kemegahan Benteng Surosowan kita hanya dapat membayangkannya akibat ketidak peduliannya Pemerintah Provinsi Banten yang tidak dapat melestarikan peninggalan sejarah yang begitu mahal harganya tersebut. Namun, bagi anda pecinta traveling, tidak ada salahnya untuk melongok sebentar sisa kejayaan kerajaan Banten tersebut. (IR)
"Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah."  -Ir. Soekarno-